Sabtu, 01 Januari 2011

Hakekat Tahun Baru

Perayaan tahun baru Masehi, suatu perayaan yang baru saja kita lewati Terkesan dalam perayaan tersebut harus dilakukan dengan mabuk-mabukan, pesta pora, berkumpul bersama, pesta kembang api, dansa-dansa, pesta music, dan lain sebagainya. Suatu perayaan yang gegap gempita. Karena gegap gempitanya, ada diantara kaum muslimin yang ikut menyemarakkannya dengan cara yang berbeda dengan tabligh akbar, doa dzikir dan muhasabah bersama. Padahal mengutip fatwa yang dikeluarkan Pusat Konsultasi Syariah hal ini harus dihentikan karena mengarah kepada perbuatan bid’ah. Perbuatan bid’ah tidak akan diterima oleh Allah seperti hadis Nabi, dari Ummul Mu’minin Aisyah r.a, beliau berkata: berkata Rasulullah SAW : Barangsiapa yang mengerjakan amal ibadat yang tidak kami perintahkan, maka amalnya itu ditolak. (HR. Muslim). Amalan bid’ah baik yang diada-adakan oleh kita sendiri atau diada-adakan oleh orang lain, yang kita hanya mengamalkannya saja, semuanya adalah bathal dan tidak diterima Allah.

Sebenarnya apa itu tahun baru? Ada apa dengan tahun baru?

Menurut umat Kristiani, perayaan tahun baru adalah rangkaian bentuk peringatan kelahiran Yesus yang mereka asumsikan lahir pada tanggal 25 Desember, seharusnya merupakan musim dingin. Namun, Al-Qur’an menjelaskan bahwa Nabi Isa lahir dimusim panas, karena saat itu kurma sedang berbuah. QS 19:23-25

Dalam Alkitab terdapat penjelasan mengenai kelahiran Yesus yang terdapat perbedaan. Menurut Injil Matius 2:1 Yesus lahir di zaman raja Herodes berkuasa (sekitar tahun 4 SM), sementara menurut Injil Lukas 2: 1-6, Yesus lahir ketika Raja Agustus sedang melakukan sensus penduduk (sekitar tahun 7SM). Mana yang benar?

Tanggal 25 Desember? Tambah kacau lagi, karena tidak ada satu dalil pun dalam Alkitab mengenai tanggal 25 Desember.

Jadi, mengapa kita menyemarakkan perayaan yang tidak ada dasarnya dalam islam bahkan diluar islam pun tidak ada landasannya?

Oleh sebab itu, islam tidak membenarkan perayaan seperti itu. Tidak membenarkan kegiatan pesta pora, sebaliknya islam menganjurkan sedekah, berbagi sesama fakir miskin, menyantuni anak yatim, dan menolong orang yang membutuhkan. Islam tidak membenarkan berleha-leha, sebaliknya islam mengajarkan bekerja keras, memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang bermanfaat.

Dalam islam, sebenarnya kita juga memiliki kalender, yang dinamakan tahun Hijriyah, yang dimulai dari hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah. 1 tahunnya terdapat 344 hari yang dibagi dalam 12 bulan berdasarkan orbit bulan. Dengan nama-nama yang bermakna. Misalnya sesudah sebulan berpuasa ramadhan, kita memasuki bulan syawal. Syawal artinya peningkatan. Jadi, diharapkan dibulan syawal kita mengalami peningkatan dibulan syawal setelah berpuasa Ramadhan.

Sekarang jelas sudah bahwa tidak ada gunanya bagi kita menyemarakkan perayaan tahun baru, bahkan merupakan suatu bid’ah yang berbuah dosa. Walaupun bid’ah itu sendiri terbagi atas bid’ah dhalalah dan bid’ah Hasanah dan yang tercela dan dikutuk Nabi adalah bid’ah dhalalah, sedang bid’ah hasanah tidak tercela dan bahkan dianjurkan untuk memakainya. Sebagai seorang Muslim kita tentu bisa memilah dan memilih apa yang pantas kita ikuti, dan kita juga dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Wallahu a’lam bishowab.

Zijni MR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar