Sabtu, 01 Januari 2011

Muhasabah Cinta Tahun Baru


Unggulkan Diri dalam Memanfaatkan Waktu

Pergantian tahun baru Islam 1 Muharram 1432 H dan tahun baru Masehi 2011 baru saja bersua pada semua umat manusia, pertukaran tahun Hijriah dan Masehi ini mempunyai makna tersendiri bagi orang yang melaluinya dengan penuh keistiqomahan dan sikap optimisme dalam berbagai aspek ibadah, budaya, sosial, ekonomi bahkan peningkatan potensi diri. Satu tahun selanjutnya, semangat apa yang dibawa kaum muslimin dalam menghadapi tahun baru Hijriah dan Masehi, apakah berjalan di tempat atau bahkan melenjit lebih baik dari tahun sebelumnya?.
Memang sebutan yang indah itu lebih pada tahun Hijriah, kenapa? Ya harus dipahami maknanya sangatlah indah karena kata Hijriah yang mengandung makna pesan yakni perubahan agar tidak pernah surut kebelakang pada perjalanan waktu demi waktu dalam kehidupan ini. Perubahan ini dilukiskan oleh tauladan umat Islam yaitu Rasulullah Saw, dimana beliau dalam kehidupannya selalu ada ishlah dan peningkatan dalam memimpin umat, sehingga gelar demi gelar pun disandangnya baik di dunia maupun di sisi Allah SWT.
Pergantian tahun merupakan sesuatu yang biasa terjadi dan biasa pula dilalui. Contoh pergantian tahun Hijriah, mempunyai arti tersendiri bagi kaum muslimin yang benar-benar menjalankan makna hidup dan kehidupan. Namun, mayoritas pergantian tahun baru Islam hanyalah merupakan seremonial semata. Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim, berbondong-bondong merayakan dan memeriahkan tahun baru Masehi, juga lebih hafal bulan-bulan Masehi ketimbang bulan-bulan di tahun Hijriah. Tidakkah umat muslim risih, dengan perilaku orang-orang yang mengaku sebagai pengikut al-Masih yang siap siaga setiap detik menit mereka membuat serangan secara diam, maupun secara terang-terangan kepada umat Islam.
Menurut catatan Abdul Qadir Ahmad Abdul Qadir (Majalah Qiblati edisi 03, Dzulqa’dah 1428 H). Mereka unggul, ketika mampu menyusup dalam putaran baru bulan-bulan Romawi (Miladi), yaitu bulan-bulan yang diberi nama dari berhala-berhala yang disembah orang Romawi dan Yunani, atau nama-nama thaghut mereka. Mulai dari bulan Januari, Februari, Maret sampai bulan kedua belas Desember, yang mana pelbagai pertanggalan yang telah menyebar sebagai kalender informatika, dinas perkantoran dan pendidikan. Hal ini karena pengaruh untuk kemunduran akal dan memerangi agama Allah SWT, serta orang-orang Yahudi dan Nasrani bangga dengan penanggalan mereka yang tergolong bentuk kepanjangan dari budaya bangsa Romawi. Lalu, usaha apa untuk mengunggulkan umat Islam dalam aspek kehidupan ini?

Unggulkan Diri dengan Waktu
            Semua bisa teratasi, jika ditata dari keseluruhannya dengan bagaimana mengatur waktu. Karena setiap orang mempunyai jatah waktu yang sama, 24 jam sehari. Orang muslim dan kafir memiliki waktu yang sama, orang sukses dan orang yang gagal waktu yang diberi juga semuanya sama, orang yang bisa mencapai tujuan dalam satu tahun maupun yang tidak, juga mempunyai waktu yang sama. Namun yang menjadi soal yaitu, bagaimana waktu itu menjadi manfaat dunia dan akhirat. Pernah terpikir tidak, bahwa waktu tidak akan terputar kembali, misal solat Subuh yang dikerjakan pada suatu hari, tidak akan kembali lagi sepanjang hayat kita. Lihat juga ketika kita duduk bersama teman-teman di bangku kuliah menunggu dosen tiba. Di antara kita ada yang membaca buku, memencet-mencet tombol HP, ada yang sibuk ngobrol dengan teman lainnya, ada yang bercanda. Jelas waktunya sama tapi hasil berbeda. Semua tergantung bagaimana kita bisa mengisinya dengan cara yang sebaik-baiknya.

Rasulullah saw Bersabda, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang diberi panjang umurnya dan baik amalannya. Dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi umur yang panjang dan jelek amalannya.” (HR. Ahmad). Dalam hal ini, hal pertama yang harus dicurigai adalah bagaimana komitmen terhadap waktu yang dijalani dan memaknai umur yang panjang apakah diiringi dengan amalan kebaikan atau sebaliknya. Maka titik tolak aktifitas bisa diukur dan terpenuhi dari evaluasi kegiatan sehari-hari. Bila meremehkan keterlambatan dalam mengatur waktu sehingga menjadi moment yang sia-sia, alhasil tidak akan ada peningkatan kemampuan diri, maka jangan salahkan, jika kita tidak bisa unggul dalam kancah arena pertarungan ini.

Setiap detik, menit, dan jam adalah peluang besar dalam mengembangkan potensi agar bisa melenjit, karena setiap pribadi manusia telah dibekali peluang untuk menggalinya. Baik peningkatan dalam bidang keilmuan, kepribadian, peningkatan nilai ibadah, mengatur hati, mengembangkan jati diri tim atau organisasi dan seterusnya. Barang siapa yang melakukan peningkatan kemampuan diri dengan menyandang kata “tamak”, maka jangan heran Allah SWT akan memberinya nilai terbaik sesuai yang diikhtiarkannya. Sebaliknya, jika seorang masih termenung tidak berusaha, merosot nilai ibadahnya, hatinya tak teratur penuh rasa iri dan dengki, ilmu kian hari tak bertambah. Tak bisa dipungkiri, apa yang dicita-citakan hanya lamunan belaka.

Senada dengan ungkapan Joni Lis Effendi dalam bukunya Making Dream Team Strategi Membangun Tim Sukses, mulai dari sekarang buatlah “master plan” hidup anda, atur sedini mungkin jalan-jalan mana yang akan ditempuh, rute-rute mana yang mungkin bisa mengantarkan anda pada cita-cita dan impian anda itu, lalu petakan rute-rute itu agar anda tidak nyasar atau berputar-putar di situ-situ saja tanpa kemajuan apa-apa. Hal-hal ini perlu anda cermati, dan jangan biarkan separuh waktu anda habis hanya untuk menyesali kekeliruan dan kesalahan perencanaan hidup. Ingat, penyesalan itu pasti datangnya belakangan dan belum ada yang menawarkan diri untuk menyesal lebih dahulu. Allah SWT berfirman, “Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).” (Thaaha: 68).

Mewaspadai Pencuri Waktu
Setiap orang pasti akan menjaga dan memelihara sesuatu yang dianggapnya berharga, maka menjauhkannya dari kehilangan sesuatu yang berharga tersebut. Begitu juga seorang muslim diharuskan merawat mutu iman dan memanfaatkan waktu. Jangan membiarkannya dilalui dengan bersantai-santai, berbicara sia-sia, berjalan sia-sia, dan lain-lain serba sia-sia. Padahal, semestinya kita sudah mengerti bahwa modal kita sebenarnya setelah iman adalah waktu.

Ambillah ibrah dari buku 27 Kisah Hikmah Aa Gym. Pada suatu malam, ketika hendak belajar, si Fulan memutuskan untuk belajar Matematika. Kemudian dia berpikir ulang, karena ingat guru Matematika yang judes itu, akhirnya ia pindah ke pelajaran Fisika. Tidak bertahan lama, si Fulan resah dengan huruf dan angka yang membosankan dan membuatnya pusing. Akhirnya ia memilih pelajaran menggambar.

Apakah dia mahir dalam membuat gambar?. Ternyata belum terbukti kemahirannya, ketika harus berjam-jam mencari pensil gambar miliknya yang hilang, dia menjadi kesal. Akhirnya pensil itu memang tidak bisa ditemukan, ia memilih untuk membelinya di toko terdekat. Pergilah ia ke toko yang menjual alat-alat tulis, karena ada uang lebih, ia beli cemilan untuk menemaninya ketika belajar. Sesampainya di rumah, dia berpikir kalau cemilan tanpa minuman nampaknya kurang sempurna. Sepertinya kopi adalah pilihan tepat untuk menghilangkan kantuk. Sayang, air panas dan gula tidak tersedia, terpaksa ia merebus air panas dan kembali ke toko membeli gula. Tanpa sengaja matanya menatap jam dinding di toko itu, yang jarum pendeknya menunjukkan angka 10, sedangkan yang panjangnya mengarah angka 6, dia berlari pontang-panting. Malam telah larut, cemilan habis, kopi pun tak tersisa. Pensil gambar tercecer dan kertas gambar pun bersih tanpa coretan. Keampuhan kopi pun belum mampu mengalahkan kantuk. Akhirnya ia tertidur dengan tenang. Orang seperti Fulan ini sebenarnya tidak memiliki perencanaan yang baik. Banyak waktu yang terbuang sia-sia, walaupun terlihat sibuk namun tidak efektif dan efesien.

Maka, niatlah sebagai motivator awal ketaatan pada tahun baru Islam dan Masehi ini, kembali menata niat, agar eksistensi kesalehan dan kualitas potensi diri menunjang daya guna kemaslahatan dan peradaban umat Islam. Serta menjauhkan diri dari pelanggaran terhadap rambu-rambu hidup dan meninggalkan gaya hidup yang tidak teratur, agar kehidupan yang baik dengan memanfaatkan momentum-momentum tertentu secara disiplin, sehingga mengarahkan kita kepada jalan kesuksesan yang abadi. Karena ingat, kita ini telah dan akan senantiasa berkompetisi dengan waktu. Satu desah nafas adalah satu langkah kita menuju maut.***

Abdul Muhadi BS
Mahasiswa Alumni PBA UIN Suska 2010,
 kini bermastautin di Sungai Pakning Bengkalis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar